Minggu, 19 Juni 2016

Tumakninah dalam Salat Itu Wajib





Tumakninah dalam Salat Itu Wajib

Maka, kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya.” (Al-Maa’uun: 4--5).
Diriwayatkan, tafsir dari ayat di atas adalah orang yang mengerjakan salat secepat kilat, tanpa menyempurnakan rukuk dan sujudnya.

Abu Hurairah meriwayatkan, seseorang memasuki masjid tatkala Rasulullah saw. sedang duduk di sana. Orang itu mengerjakan salat, lalu menghampiri Nabi saw. dan mengucapkan salam kepada beliau. Nabi saw. menjawab salam, lalu berkata, ”Kembali kerjakanlah salat. Sesungguhnya kamu tadi belum mengerjakannya.”
Maka, orang itu pun kembali mengerjakan salat seperti yang telah dikerjakannya. Kemudian ia kembali dan mengucapkan salam kepada Nabi saw. Beliau menjawabnya, lalu berkata, ”Kembali kerjakanlah salat. Sesungguhnya kamu tadi belum mengerjakannya.” Orang itu pun kembali mengerjakannya seperti semula. Kemudian, ia kembali mengucapkan salam kepada Nabi saw. Beliau menjawabnya, dan berkata, ”Kembali kerjakanlah salat. Sesungguhnya kamu tadi belum mengerjakannya.” Beliau mengulanginya tiga kali. Mendengar itu, orang tadi berkata, “Demi (Allah) yang mengutusmu dengan kebenaran wahai Rasulullah, aku tidak bisa mengerjakan salat yang lebih baik dari yang sudah aku kerjakan tadi. Karenanya ajarilah aku.” Lalu, Rasulullah saw. bersabda, ”Jika kamu berdiri untuk mengerjakan salat, bertakbirlah. Lalu, bacalah beberapa ayat Alquran sebisamu. Lalu, rukuklah dengan tumakninah. Lalu, angkatlah sampai kamu benar-benar berdiri tegak (I’tidal). Lalu, sujudlah dengan tumakninah. Demikian ini kerjakanlah dalam setiap (rakaat) salatmu.” (HR Bukhari dan Muslim).

Al-Badriy meriwayatkan, Rasulullah saw. bersabda, ”Tidak akan diberi pahala salat seseorang yang tulang belakngnya tidak diluruskan ketika rukuk.” (HR Imam Ahmad).

Hadis di atas diriwayatkan pula oleh Abu Daud dan Tirmizi. Tirmizi berkata, “Hadis hasan sahih.” Pada riwayat yang lain, “… sehingga ia meluruskan punggungnya ketika rukuk dan sujud.”

Diriwayatkan pula bahwa beliau saw. bersabda, ”Manusia yang paling buruk perbuatan mencurinya adalah orang yang mencuri salatnya.” Seorang bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah seseorang itu mencuri salatnya?” ”Yaitu, tidak menyempurnakan rukuk dan sujudnya,” jawab Nabi.

Abu Hurairah mengabarkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, ”Allah tidak akan melihat kepada seseorang yang tidak menegakkan tulang belakangnya di antara rukuk dan sujudnya.” (HR Imam Ahmad).

Rasulullah saw. bersabda, ”Inilah salat seorang munafik. Duduk menunggu matahari sampai ketika ia berada di antara dua tanduk setan (hampir tenggelam) orang itu pun berdiri, lalu salat secepat kilat sebanyak empat rakaat. Dia tidak berzikir kepada Allah, kecuali sedikit dalam mengerjakannya.” (HR Bukhari dan Muslim).

Abu Musa meriwayatkan, suatu hari Rasulullah saw. mengerjakan salat bersama para sahabat, lalu beliau duduk. Seseorang datang, berdiri mengerjakan salat. Ia rukuk dan sujud seperti mematuk (karena cepat). Maka, Rasulullah bersabda, ”Lihatlah itu! Seandainya dia mati, sungguh dia mati bukan di atas millah Muhammad saw. Dia mematuk salatnya seperti seekor gagak meminum darah.” (HR Abu Bakar Ibnu Khuzaimah dalam kitab Shahihnya).

Umar bin Khattab r.a. meriwayatkan, Rasulullah saw. bersabda, ”Setiap orang yang salat, pasti di sisi kanan-kirinya ada malaikat. Jika ia mengerjakannya dengan sempurna, kedua malaikat itu akan membawa salatnya ke hadirat Allah SWT. Sebaliknya, jika tidak, keduanya akan memukulkan salatnya ke wajahnya.”

Ubadah bin Shamit berkata, Rasulullah bersabda, ”Barang siapa berwudu dengan sebaik-baiknya, kemudian berdiri mengerjakan salat, menyempurnakan rukuknya, sujudnya, serta bacaannya, niscaya salatnya berkata, ‘Semoga Allah menjagamu sebagaimana kamu telah menjagaku.’
Lalu salat itu--ia bersinar dan bercahaya--akan diangkat ke langit. Pintu-pintu langit pun dibukakan sehingga ia akan sampai ke hadirat-Nya. Ia akan memintakan syafaat bagi orang yang telah mengerjakannya. Tetapi, jika orang itu tidak menyempurnakan rukuk, sujud, dan bacaannya, niscaya salatnya akan berkata, ‘Semoga Allah menyia-nyiakanmu sebagaimana kamu telah menyia-nyiakanku.’ Kemudian salat itu-ia diliputi kegelapan-diangkat ke langit. Tetapi, pintu-pintu langit tertutup. Maka, ia pun dilipat seperti dilipatnya kain usang, lalu dipikulkan ke wajah orang yang telah mengerjakannya.” (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi).

Salman al-Farisiy berkata, Rasulullah saw. bersabda, ”Salat itu timbangan. Barang siapa memenuhinya ia pun akan dipenuhi. Dan, barang siapa mencuranginya, sungguh kalian telah tahu apa yang dijanjikan oleh Allah dalam firman-Nya, ‘Kecelakaan (Wail) besarlah bagi para muthaffif.’ (Al-Muthaffifin: 1).”

Muthaffif adalah orang yang mengurangi takaran, timbangan, atau ukuran, atau salat. Mereka diancam oleh Allah dengan Wail, satu lembah di Jahanam yang karena panasnya, Jahanam pun minta perlindungan kepada Allah. Semoga Allah melindungi kita darinya.

Sumber: Diadaptasi dari Al-Kabaair, Syamsuddin Muhammad bin Utsman bin Qaimaz at-Turkmani al-Fariqi ad-Dimasyqi asy-Syafii

Al-Islam, Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar